Jumat, 15 Juni 2012

Makna dan Harapan setelah i nonton film di acara perkuliahan softskil

Makna dari nonton film di acara perkuliahan softskil

setelah menonton beberapa film yang telah diputarkan oleh dosen kami, kami sangat mendapatkan makna yang tersirat dan terkandung dalam film tersebut. banyak pelajaran yang dapat di ambil dari menonton film itu, salah satunya adalah tentang sebuah keikhlasan orang tua dalam mendidik dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang, dengan sabar dan penuh perhatian tanpa mengharapkan balas jasa dari anak-anaknya. selain itu juga dapat digambarkan bahwa d dunia ini memang tidak ada yang sempurna, dengan ketidak sempurnaan itu kita dapat mencari suatu kelebihan yang dapat kita banggakan dan dapat bermanfaat untuk orang lain, kuncinya adalah terus berusaha dan jangan menyerah setiap menghadapi kegagalan.


Harapan setelah menonton film di acara perkuliahan softskil

harapan saya setelah menonton film tersebut, saya ingin membuktikan kepada orang lain jika saya mampu dan saya bisa berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan baik. dan mencapai segala tujuan yang saya sudah targetkan. dengan kemampuan dan ketidaksempurnaan saya, saya mampu bangkit dan berusaha untuk setiap tujuan yang ingin saya capai.

Senin, 09 April 2012

Gangguan Kepribadian dan Penjelasan tentang gangguan Kepribadian Narsistik

Gangguan kepribadian atau watak hakikatnya dibedakan dari gangguan-gangguan mental lain karena gangguan-gangguan ini di sebabkan oleh kekurangan pada struktur kepribadian dan bukan pada fungsinya. Cacat struktural itu adalah pola tingkah laku tidak mampu menyesuaikan diri yang berlangsung lama dan cirinya ialah memperlihatkan ganguan tingkah laku itu sendiri dan bukan pengalaman kecemasan.
Ada 3 faktor yang memisahkan orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian.
  1. Orang yang mengalami gangguan kepribadian menggunakan tingkah laku yang sama secara terus-menerus.
  2.  Orang yang mengalami gangguan kepribadian akan memprlihatkan tingkah laku yang lebih ekstrim.
  3. Orang yang mengalami gangguan kepribadian itu menderita masalah-masalah yang berat dan berlangsung lama.

Selanjutnya akan membahas tentang tiga kelompok utama gangguan kepribadian yang terjadi secara umum di dalam masyarakat. Tiga kelompok gangguan kepribadian yaitu :
  • gangguan pola kepribadian
    kelompok ini meliputi type utama kepribadian dimana ketidak kemampuan meyesuaikan diri dalam tingkah laku abnormal. Gangguan pola kepribadian adalah gangguan-gangguan berat yang memberikan sedikit kemampuan kepada indifidu untuk menangani situasi yang menekan. Contoh ganguan pola kepribadian adalah :
    1. gangguan paranoid
    2. gangguan skizoid
    3. gangguan skizopital dan
    4. gangguan kepribian perbatasan
  • gangguan sifat kepribadian
    gangguan sifat kepribadian dianggap sebagai fiksasi pada taraf penyesuaian diri yang lebih dini dengan melebih-lebihkan pola tingkah laku tertentu atau sebagai akibat dari pola regresi dala menghadapi stres. Gangguan sifat kepribadian meliputi :
    1. gangguan kerpibadian pasif-agresif,
    2. gangguan kerpibadian obsesif-kompulsif
    3. gangguan kerpibadian menghindar
    4. gangguan kerpibadian dipenden
    5. gangguan kerpibadian histrionik
    6. gangguan kerpibadian narsistrik
    7. gangguan kerpibadian sadistik
    8. gangguan kerpibadian yang merusak diri sendiri
  • gangguan kepribadian anti sosial
    gangguan kepribadian anti sosial biasanya disebut sebagai orang yang psikopat atau sosiopat, pengertian dari gangguan kepribadian antisosial itu sendiri adalah orang yang tidak memiliki kemantangan emosi, kurang memiliki pertimbangan, dan rasa tanggung jawab, tidak mampu menilai akibat dari tingkah laku.
Untuk pembahasan selanjutnya akan membahas gangguan kepribadian narsistik. Agar lebih memehami tentang penjelasan dan penanganan yang lebih terperinci tentang gangguan kepribadian narsistik.

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK

Nama gangguan ini berasal dari legenda Yunani Narcisscus, seorang anak muda yang merasa jatuh cinta dengan bayangannya di kolam. Meskipun orang-orang dengan gangguan tersebut mengharapkan orang lain memuji dan memenuhi keinginan mereka. Orang yang mengalami gangguan ini merasa jika dirinya begitu istimewa. Mereka memiliki penghargaan yang berlebih, terhadap kehidupan mereka sendiri, dan orang yang mengalami gangguan ini merasa iri dan kesal terhadap orang yang lebih cantik, lebih sukses, atau lebih cerdas. Orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik mereka sibuk mengarahkan diri untuk meraih tujuan mereka sendiri dan memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan hal yang diinginkannya.

Para teoritikus kognitif-prilaku (Beck dkk.,2004) berpendapat bahwa orang dengan gangguan kepribadian narsistik berpegang pada gagasan ketidakmampuan menyesuaikan diri sendiri, termasuk bahwa mereka adalah orang yang luar biasa yang pantas diperlakukan jauh lebih baik dari manusia biasa. Mereka kurang perhatian atau pengertian terhadap perasaan orang lain karena mereka menganggap diri mereka lebih tinggi dari orang lain.

Terapi yang digunakan dalam penyelesaian dari masalah gangguan kepribadian narsistik adalah menggunakan metode pendekatan psikodinamika. Pendekatan psikodinamika ini dalam menangani orang dengan gangguan kepribadian narsistik didasari oleh perspektif bahwa mereka kurang mengalami penghargaan masa kanak-kanak untuk prilaku positif mereka. Terapi dimaksudkan untuk menyediakan perbaikan pengalaman selama masa perkembangan dengan menggunakan empati untuk mendukung pencarian klien dalam pengenalan dan penghargaan, tetapi diwaktu yang bersamaan berusaha untuk membimbing klien terhadap penghargaan yang lebih realistis.


SUMBER :
Semium OFM , Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius
Halgin, Richard P. & Whitbourne, Susan Krauss. (2009). Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba Humanika.

Sabtu, 07 April 2012

Cerpen Belajar dari Ali dan Fatimah

Ini adalah sebuah cerita tentang cinta. Apapun yang dibicarakan tentang cinta. sampai saat ini masih jadi favorit kalangan masyarakat. cinta pada pasangan, cinta pada kedua orang tua, dan masih banyak cinta yang akan timbul.

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang, namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta. Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut disekitar kita saat ini Walaupun bukan tidak ada.. barangkali, kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan.

Tapi, kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh Kekurangan teladan? Mungkin..

Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah tentang membingkai perasaan dan Bertanggung jawab akan perasaan tersebut “Bukan janj-janji”

Kisah pertama ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan! ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.
Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,
dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kisah ini disampaikan disini,
bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an
Kisah ini disampaikan
agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah
bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi
dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.


Belajar dari Ali dan Fatimah
oleh Ikha' Rosedhyan pada 09 Oktober 2010 jam 20:04

KEPRIBADIAN

Pengertian kepribadian
  • Kepribadian secara umum
    Personality atau kepribadian berasal dari kata “personal”, yang berarti topeng. Istilah ini diadopsi dari istilah orang Roma dan mendapatkan konotasi yaitu “sebagaimana seseorang nampak dihadapan orang lain”. Topeng disini merujuk pada orang-orang Roma yang sering bermain sandiwara di zaman Romawi.
  • Kepribadian menurut George Kelly
    Sedangkan menurut George Kelly yang memendang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman hidupnya.
  • Kepribadian menurut Gordon W.Allport
    Gordon W.Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikosofik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.
Kesimpulannya adalah kepribadian dapat brubah-ubah seperti topeng, dimana disesuaikan oleh beberapa faktor yang dapat membentuk kepribadiannya itu sendiri. Salah satu faktor yang teah disebutkan adalah faktor lingkungan yang serta merta dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.


Pembentukan kepribadian
Pembentukan kepribadian dapat digambarkan dengan sebuah segitiga yang saling berhubungan. Penjelasan tentang segitiga tersebut adalah :

  • Gen/Biologi
    Menurut Atikson, ketika bayi lahir ia membawa potensialitas tertentu. Seperti karakteristik fisik, contohnya adalah warna mata, warna rambut, bentuk tubuh, bentuk hidung serta karakter fisik yang lainya. Semua itu terjadi pada dasarnya ditentukan pada saat konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma). Intelegensi dan kemampuan tertentu atau bakat dalam beberapa hal juga tergantung pada hereditas/faktor biologi/gen.
  • Pola Asuh
    Pola asuh juga dapat memengaruhi pembentukan kepribadian. Ada beberapa peneliti yang meneliti tentang anak kembar identik yang dipisahkan atau dengan kata lain berbeda secara pola asuh. Kedua anak kembar ini meski secara biologis sama atau hampir sama secara fisik ketika mereka dibesarkan dalam pola asuh yang berbeda, mereka pun memiliki kepribadian yang berbeda pula.
  • Live event/pengalaman hidup
    Faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian adalah pengalaman hidup atau hasil hubungan individu terhadap lingkungannya. Setiap orang bereaksi terhadap tekanan sosial dengan caranya sendiri. Kembali pada penelitian anak kembar identik yang dipisahkan, selain pola asuh yang berbeda anak kembar identik yangdipisahkan juga mengalami pengalaman hidup yang berbeda. Dari sinilah diketahui bahwa pengalaman hidup juga dapat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian.


    Kepribadian itu sendiri dapat dilihat dari 3 komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen tersebut adalah :
    1.    Kognisi (pikiran)
    2.    Afeksi (emosi/perasaan)
    3.    Aksi (perilaku) 

sumber :
Riyanti, B.P.Dwi & Prabowo, Hendro. (1998). PSIKOLOGI UMUM 2. Jakarta : Gunadarma.
materi kuliah Psikologi Klinis yang diberikan oleh Pak Felix Lengkong.

Kamis, 22 Maret 2012

KESEHATAN MENTAL

Kesehatan yang sebenarnya adalah tidak hanya berdasarkan fisik, jadi sehat yang sebenarnya mempunyai 2 konsep kesehatan berdasarkan kajian umum tentang kesehatan, yaitu :
1.    Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu
Kosep sehat secara fisik dan bersifat individu ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik dan dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

2.     Konsep sehat di pandang dari sudut ekologi
Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses ini berjalah terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Dari 2 konsep kesehatan yang telah di jelaskan, kesehatan bukan hanya sekedar sehat secara fisik. Tetapi juga harus sehat secara sudut pandang ekologi atau dapat disebut juga sebagai kesehatan mental. Ada beberapa pengertian tentang kesehatan mental. Saya mencoba mengkaji beberapa definisi kesehatan mental dari beberapa buku yang saya baca, diantaranya adalah : Kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis; kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sndri, dengan orang lain, dan masyarakat di mana ia hidup.
Kesimpulan dari beberapa definisi diatas adalah orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi.
Selain konsep kesehatan saya juga akan mencoba mengkaji tentang dimensi kesehatan. Menurut beberapa ahli yang ada di WHO, dimensi kesehatan mempunyai 4 dimensi sehat diantaranya adalah:
1.    Sehat secara fisik
2.    Sehat secara psikologis
3.    Sehat secara sosial
4.    Sehat secara spiritual

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

A.     MASA PRA ILMIAH
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam  menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan

B.    MASA ILMIAH
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.

 PERKEMBANGAN MANUSIA
a.    Perkembangan manusia menurut teori dari Freud
Tahap perkembangan menurut sigmund freud terdiri dari 5 tahap perkembangan. Biasanya lebih sering disebut psikoseksual karena berhubungan dengan tingkat kepuasan dalam seks yang diukur dari tingkat kepuasan libido pada masing-asing tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
  1. Fase Oral
    Fase ini terjadi ketika manusia berusia 0-1 tahun. Tingkat kepuasan seks pada usia ini terletak di organ mulut. Karena mulut adalah organ pertama yang memberikan kenikmatan pada anak, maka tahap perkembangan infantil pertama dalam pandangan Freud adalah tahap oral. Tujuan seksual dari aktifitas oral ini adalah memasukan kedalam tubuh pilihan objek instingtual, yakni puting susu. Pada tahap respetif-oral ini, bayi tidak mengalami frustasi dan kecemasan  jika kepuasan libidonya di penuhi oleh sang ibu.
  2. Fase Anal
    Pada fase yang kedua ini manusia mengalami kepuasan seks pada usia 1-3 tahun, tingkat kepuasan seks pada tahap ini adalah ketika anus muncul sebagai daerah secara seksual yang menyenangkan. Karena pada tahap ini kepuasan yang diperoleh melalui tingkah laku agresif dan eliminasi. Anak mencapai kepuasan seks atau mencapai libido yang menyenangkan ketika anak menahan Buang Air Besar, karena anak menikmati rasa sakit yang dirasakan ketika menahan Buang Air Besar.
  3. Fase Falik
    Pada usia 3 - 5 tahun, anak memasuki tahap perkembangan ke tiga perkembangan infantil, yaitu tahap falik, suatu periode di mana daerah genital menjadi daerah erogen yang utama. Tahap ini mengalami perbedaan antara tahap anak laki-laki dan tahap anak perempuan, yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan anatomi diantara 2 jenis kelamin.
    • Anak laki-laki

      A. Kompleks Oedipus laki-laki

      Freud beranggapan bahwa sebelum tahap falik seorang anak laki-laki mengadakan identifikasi dengan ayahnya, yakni ingin menjadi ayahnya. Kemudian anak itu mengembangkan hasrat seksual terhadap ibunya yaitu ingin memiliki ibunya.Hal ini bisa menimbulkan rasa cemburu kepada ayahnya sendiri.

      B. Kecemasan Kastrasi pada anak laki-laki

      Freud berpendapat bahwa kecemasan kastrasi dialami semua anak laki-laki, mereka secara pribadi merasa terancam oleh pemotongan penis atau pertumbuhannya diperlambat.
    • Anak perempuan

      A. Kompleks Oedipus perempuan

      Sebelum mengalami kecemasan kastrasi anak perempuan juga mengidentifikasi ibunya, yakni ingin menjadi seperti ibunya. Dan kemudian memunculkan hasrat seksual terhadap ayahnya dan ingin memiliki ayahnya tanpa terhalang figur sang ibu. Pada tahap ini anak perempuan juga dapat memiliki rasa cemburu terhadap ibunya sendiri.

      B. Kecemasan Kastrasi pada anak perempuan

      Freud berpendapat kecemasan kastrasi yang dialami oleh perempuan lebih rumit dibandingkan oleh laki-laki. Perempuan mengalami rasa iri kepada laki-laki yang memiliki penis. Pengalaman iri terhadap penis ini sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian perempuan. Tidak seperti kecemasan kastrasi pada anak laki-laki yang dapat dengan cepat direpresikan, iri terhadap penis dapat terjadi selama bertahun-tahun.
4.Fase Laten
Tahap ini terjadi pada usia 5- 12 tahun. Pada tahap ini anak akan melakukan supresi atau menekan keinginan yang terjadi pada tahap sebelumnya seperti menekan keinginannya untuk memiliki ayah atau ibunya dan menekan rasa kecemasan kastrasi terhadap alat kelaminnya. Bila supresi sempurna maka akan lanjut pada tahap laten, tahap laten ini libido di sublimasikan sekarang memperlihatkan dirinya dalam prestasi sosial dan budaya, seperti pekerjaan sekolah dan perkembangan persahabatan. Pada tahap ini anak akan membentuk sebuah keompok pertemanan yang mengutamkan gender atau jenis kelamin, dan sering disebut sebagai tahap perkembangan homoseksual alami.

5.    Fase Genital
Tahap ini adalah tahap terakhir yang dikemukakan oleh freud. Tahap ini mulai terjadi pada masa awal remaja (≥12 tahun), pada tahap ini anak mengalami tahapan yang bereda dari masa infantil. Pertama, anak remaja menghentikan autoerotikisme dan mengarahkan energi seksualnya kepada orang lain, bukan kepada diri sendiri. Kedua, reproduksi sekarang menjadi suatu kemungkinan. Ketiga, meskipun iri terhadap penis kemungkinan masih ada, namun vagina bagi anak perempuan akhirnya emperoleh status yang sama dengan penis. Pada tahap ini anak laki-laki melihat organ perempuan sebagai objek yang dicari, bukan sebagai ancaman traumatik. Keempat keseluruhan insting seksual mendapat organisasi yang lebih lengkap dan bagian-bagian insting telah beroperasi secara lepas.

Demikianlah tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud. Freud mengidentifikasi perkembangan berdasarkan kepuasan seksual yang terjadi pada manusia umum. Freud beranggapan jika ada salah satu perkembangan seksual yang tidak terlewati dengan baik, maka akan mempengaruhi thapan perkembangan selanjutnya.

b.    Perkembangan manusia menurut teori dari Ericson
Berbeda dengan Freud yang membahas perkembangan manusia berdasarkan tahapan seksual. Ericson membahas perkembangan manusia berdasrkan tahapan-tahapan sosial yang di alami manusia itu sendiri. Erikson mendasarkan teori perkembangannya pada pengaruh sosial budaya di lingkungan individu. Terselesaikannya krisis pada setiap tahap akan mempengaruhi perkembangan individu. Bagi Erikson, krisis bukanlah malapetaka, melainkan suatu titik tolak. Perkembangan psikososial Erikson dibagi menjadi delapan tahap, yaitu sebagai berikut :
  1. Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar (0 – 1 tahun)
    Kebutuhan akan rasa aman di perlukanndalam tahap ini. Bila rasa aman terpenuhi, maka anak akan mengembangkan rasa kepercayaan. Tetapi, sebaliknya jika anak merasa tidak nyaman, maka akan mengembangkan perasaan tidak percaya.
  2. Otonomi vs Malu dan Ragu-ragu (2 – 3 tahun)
    Pada tahap kedua ini, Anak mulai mengembangkan dirinya, namun jika anak tidak mampu untuk mengembangkan dirinya akan timbul rasa malu dan ragu untuk melakukannya.
  3. Inisiatif vs Kesalahan (3 – 6 tahun)
    Selanjutnya tahap ketiga, jika pada tahap sebelumnya anak dapat berkembang dengan baik maka anak mulai mau untuk mencoba hal-hal baru dalam hidupnya (inisiatif), tetapi jika dia gagal atau tidak mampu dia akan menjadi rasa bersalah pada dirinya.
  4. Kerajinan vs Inferioritas (6 – 11 tahun)
    Pada tahap keempat anak memasuki usia sekolah maka pada tahap ini anak mulai melakukan suatu percobaan atau mulai membuat suatu inovasi yang dikembangkan dari pikirannya.
  5. Identitas vs Kekacauan Identitas (mulai 12 tahun)
    Pada tahap kelima anak ulai memasuki usia remaja atau mengalami pubertas. dalam tahap ini anak akan mencari identitas yang sesuai menurut pribadi sang anak tersebut. jika anak gagal dalam melakukan tahap ini maka si anak akan mengalami kekaburan identitas atau kekacauan identitas.
  6. Keintiman vs Isolasi (dewasa awal)
    Selanjutnya pada tahap ke enam setelah melewati tahap pencarian identitas anak atau individu yang mulai meranjak dewasa awal akan  mencoba untuk membuat suatu komitmen dalam hidupnya, baik komitmen dengan lawan jenis maupun komitmen hidupnya di masa depan. Apabila individu tidak dapat atau tidak sanggup berintimasi menyebabkan indiviu akan tertutup atau memisahkan dirinya dengan orang lain .
  7. Generativitas vs Stagnasi (dewasa tengah)
    Pada tahap ini, krisis yang dihadapi individu adalah Individu sudah mampu membangun dan membimbing anak-anaknya kelak. Dan juga ,hasil produk atau kerajinan inovasi yang telah dia kerjakan dapat di terima dan mendapatkan suatu reward. Kebalikannya, jika individu tidak berhasil maka akan menyebabkan rasa tidak percaya diri
  8. Integritas vs Keputusasaan
    Pada masa ini, individu akan mereview masa lalunya. Keberhasilan di masa lalu akan menimbulkan kepuasan. Sedangkan jika ia merasa semuanya gagal, akan timbul kekecewaan yang mendalam.

KEPRIBADIAN SEHAT
setiap manusia yang ada di bumi ini ingin hidup sehat. Kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang mampu menyeimbangkan setiap aspek-aspek kepribadiannya, yang mampu menyesuaikan dengan lingkungannya, tanpa terseret arus lingkungan yang tidak sesuai dengan kepribadiannya. Beberapa rumusan mengenai kriteria pribadi-pribadi yang sehat, antara lain adalah :

1.    Memiliki motivasi yang kuat untuk berkembang
2.    Memiliki sikap hati dan pola berfikir yang positiv
3.    Memiliki keseimbangan dalam berfikir dan berperasaan serta dalam berkehendak
4.    Memiliki cita-cita yang riil dan rasional
5.    Memmiliki kemerdekaan pribadi
6.    Memiliki kemampuan untuk mengaktualisasi diri
7.    Memiliki semngat hidup yang aktif dan produktif
8.    Memiliki harga diri yang baik dan sehat
9.    Memiliki tanggung jawab terhadap hidup dan keberadaan diri
10.  Memiliki jati diri yang autentik, jujur, dan terbuka

Kepribadian sehat menurut Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow, pribadi sehat adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri. Bagi Maslow, motivasi seseorang untuk aktualisasi diri bagi pribadi yang sehat tidak hanya didasarkan oleh kebutuhan-kebutuhan untuk memenuhi kekurangannya, tetapi oleh nilai-nilai hidup termasuk kebenaran, keindahan,kebijaksanaan,kedamaian, kesatuan, dll. Nilai-nilai ini menjadi sumber yang mengembangkan kepribadian yang sehat.

Demikaian ulasan tentang kpribadian yang sehat. Bila terjadi kesalahan mohon di maafkan. Sekian dan terima kasih.


Hall, C.S., dan Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Yustinus ofm. (2010). Teori Kepribadian dan Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (anggota IKAPI).
Riyanto, theo FIC,. (2010). Jadikan Dirimu Bahagia. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (anggota IKAPI).
Zainul S.T, Ust.Zen. (2007). Kekuatan Metode Lafidzi sehat dengan olah lahir, pikir, dan dzikir. Tanggerang : Qultum Media.
Dudiarto, Dr.Eko, anggraeni, Dr.Dewi. (2003). Pengantar Epidemologi edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kartono, Dr. Kartini. (1989). Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju.

Konsep, Dimensi, dan Sejarah Singkat KESEHATAN MENTAL

Setiap orang ingin hidup sehat. Tapi kebanyakan orang menganggap hidup sehat adalah hidup yang fisiknya baik, atau tidak terserang gangguan fisik (sakit). Disini saya akan sedikit mengulas tentang kesehatan. Kesehatan yang sebenarnya adalah tidak hanya berdasarkan fisik, jadi sehat yang sebenarnya mempunyai 2 konsep kesehatan berdasarkan kajian umum tentang kesehatan, yaitu :
1.    Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu
Kosep sehat secara fisik dan bersifat individu ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik dan dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

2.     Konsep sehat di pandang dari sudut ekologi
Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses ini berjalah terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Dari 2 konsep kesehatan yang telah di jelaskan, kesehatan bukan hanya sekedar sehat secara fisik. Tetapi juga harus sehat secara sudut pandang ekologi atau dapat disebut juga sebagai kesehatan mental. Ada beberapa pengertian tentang kesehatan mental. Saya mencoba mengkaji beberapa definisi kesehatan mental dari beberapa buku yang saya baca, diantaranya adalah : Kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis; kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sndri, dengan orang lain, dan masyarakat di mana ia hidup.
Kesimpulan dari beberapa definisi diatas adalah orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi.
Selain konsep kesehatan saya juga akan mencoba mengkaji tentang dimensi kesehatan. Menurut beberapa ahli yang ada di WHO, dimensi kesehatan mempunyai 4 dimensi sehat diantaranya adalah:
1.    Sehat secara fisik
2.    Sehat secara psikologis
3.    Sehat secara sosial
4.    Sehat secara spiritual

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

A.     MASA PRA ILMIAH
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam  menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan

B.    MASA ILMIAH
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.

Zainul S.T, Ust.Zen. (2007). Kekuatan Metode Lafidzi sehat dengan olah lahir, pikir, dan dzikir. Tanggerang : Qultum Media.
Dudiarto, Dr.Eko, anggraeni, Dr.Dewi. (2003). Pengantar Epidemologi edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kartono, Dr. Kartini. (1989). Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju.

Selasa, 03 Januari 2012

ULASAN JURNAL : Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan


Pada kali ini saya akan mengulas jurnal mengenai perilaku penggunaan internet pada kalangan remaja di perkotaan. Remaja pada zaman sekarang memang sangat membutuhkan internet, bukan hanya sebagai ladang informasi tetapi juga sebagai ladang kesenangan, ladang transaksi, dan juga ladang komunikasi.

Remaja saat ini sangat terpengaruh oleh dunia internet, bukan hanya terpengaruh tetapi juga sangat bergantung pada internet ini. Kepentingan Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan Dari sejumlah aktivitas internet yang diajukan peneliti saat melakukan penyebaran kuesioner bahwa terdapat beberapa aktivitas internet yang dilakukan kalangan remaja di perkotaan, antara lain:
- Mencari sumber-sumber/bahan-bahan terkait dengan mata pelajaran atau tugas sekolah
- Mencari informasi kesehatan
- Mencari berita atau informasi peristiwa-peristiwa terkini yang terjadi di dunia, baik di
dalam negeri maupun luar negeri
1.      Mencari informasi pendidikan selanjutnya
2.      Mencari informasi terkait dengan hobi atau minat, seperti: otomotif, membaca buku, dll.
3.      Mencari informasi hiburan
4.      Mengirim atau menerima pesan email
5.      Mengunjungi situs social networking, seperti: friendster, facebook,myspace,dll.
6.      Mencari gambar, seperti: kartun, wallpaper, screen saver, artis yang disukai, dll
7.      Chatting dengan teman atau orang lain
8.      Men-download lagu
9.      Mengirim atau menerima pesan email
10.  Bermain game online
11.  Mengunjungi situs-situs pornografi
12.  Blogging
13.  Membeli produk secara online, misalnya buku, musik, mainan atau pakaian
14.  Membaca komik online





Mengenal dan menggunakan internet ketika memasuki masa remaja awal ini mengenai alasan yang mendorong mereka pertama kalinya mengenal dan menggunakkan internet pertama kalinya mereka yang lebih disebabkan oleh pengaruh atau ajakan teman-teman sebayanya dan juga lebih menjadikan teman sebayanya tersebut sebagai sumber belajar pertama kali dalam menggunakan internet tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa ini ada kaitannya dengan pengaruh peer groups (teman sebaya) yang selalu melingkupi kehidupan sosial mereka, dimana remaja lebih menjadikan teman sebayanya untuk mempelajari segala sesuatu atau hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam hidupnya, termasuk dengan kecanggihan teknologi internet, dari pada orang yang lebih tua di sekitarnya (seperti guru, orang tua, atau saudara).

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Disini para remaja beradaptasi dengan lingkungn teman sebayanya yang telah lebih mengenal internet. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Tetapi mereka belajar lebih banyak tentang informasi tersebut, dalam pembahasan kali ini remaja akan lebih banyak belajar mengetahui tentang internet.

Kalangan remaja di perkotaan menggunakan internet untuk untuk empat dimensi kepentingan, yaitu informasi (information utility), aktivitas kesenangan (leisure/funactivities), komunikasi (communication), dan transaksi (transactions). Meskipun dari keempat kepentingan penggunaan internet tersebut aktivitas-aktivitas internet yang dilakukan kalangan remaja di perkotaan lebih banyak ditujukan untuk aktivitas kesenangan (leisure/funactivities) dari pada untuk kepentingan lainnya, namun aktivitas internet yang paling banyak dilakukan mereka adalah mencari sumber atau bahan terkait dengan tugas atau pelajaran sekolah.

Sumber :