Menurut pendapat Gunarsa (2004)
Psikoterapi lahir pada pertengahan dan akhir abad lalu, jika dilihat
secara etimologis, psikoterapi memiliki arti yang sederhana, yaitu ‘psyche’
yang artinya jelas, yaitu ‘mind’ atau sederhananya: jiwa dan ‘therapy’
dari bahasa Yunani yang berarti ‘merawat’ atau ‘mengasuh’, sehingga psikoterapi
dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan. Dalam Oxford
English Dictionary, perkataan ‘psychotherapy’ tidak tercantum, tetapi
ada ‘psychotherapeutic’ yang di artikan sebagai perawatan terhadap
sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan
intervensi psikis. Dengan demikian psikoterapi adalah perawatan yang secara
umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap
pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.
A. Tujuan
Psikoterapi
Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2004)
adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun
sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Sedangkan
tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam
Gunarsa, 2004) dirumuskan sebagai : membantu klien menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui pemahaman intelektual.
Selain
itu terdapat tujuan psikoterapi dengan pendekatan terpusat yang dikemukakan
oleh Corey (dalam Gunarsa, 2004) antara lain : untuk memberikan suasana aman,
bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, sehingga ia bisa mengenali
hal-hal yang bisa mencegah pertumbuhannya.
Ada
pula tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh
Ivey (dalam Gunarsa, 2004) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan
dalam belajar dan berperilaku untuk mengganti pola-pola perilaku yang lebih
bisa menyesuaikan.
B. Unsur
Psikoterapi
Masserman
(dalam Mujib, 2002) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1.
Peran sosial (martabat)
2.
Hubungan psikoterapeutik
Seorang
terapis mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian terapis menyampaikan
pemahamannya terhadap klien atau bertindak untuk menghilangkan penderitaan klien
pada saat yang tepat.
3.
Psikoterapi sebagai kesempatan untuk belajar kembali
Menurut Korchin kepercayaan terhadap tindakan terapis
sangat dibutuhkan agar menghasilkan kondisi-kondisi untuk belajar kembali.
Seorang klien member kepercayaan bersama dengan ketidakpuasan dan keinginan
untuk berubah.
4. Motivasi,
kepercayaan dan harapan
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam
psikoterapi. Klien mengetahui bahwa dirinya dapat mepercayai otoritas terapis.
Dan dirinya akan diperlakukan dengan penuh hormat, oleh karena itu klien dapat
mengungkapkan pikirannya secara terbuka tanpa adanya penolakan. Sedangkan
harapan dan ketakutan dapat sesekali menyelimuti klien ketika hendak melakukan
psikoterapi.
5.
Hak
6.
Retrospeksi
7.
Reduksi
8.
Rehabilitasi
C. Perbedaan
Psikoterapi dengan Konseling
Dari beberapa
tokoh diatas dapat disimpulkan jika psikoterapi adalah proses interaksi formal
antara dua orang yang dilakukan oleh terapis dan pasien yang bertujuan untuk memperbaiki
keadaan yang tidak menyenangkan (distress)
dari faktor emosi serta ketidakmampuan fungsi kognitif, fungsi
afektif, atau fungsi perilaku.
Sedangkan pengertian
konseling menurut Luddin (2010) adalah memberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan
cerdas dalam mengahadapi sesuatu. Konseling di desain untuk menolong, memahami dan
menjelaskan pandangan diri sendiri terhadap kehidupan, dan untuk membantu
mencapai tujuan penentuan diri (self-determination).
Brammer dan
Shostrom (dalam Gunarsa, 2007) mengemukakan bahwa konseling dan psikoterapi
memiliki perbedaan sebagai berikut :
1. Konseling
ditandai oleh adanya terminologi seperti : educational,
vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness,
normal, present-time dan short time.
2. Sedangkan
psikoterpi ditandai oleh : supportive (dalam
keadaan krisis), reconstruktive, depth
emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional
problems and longterm.
Perbedaan
konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone dan Patterson (dalam
Gunarsa, 2007) adalah :
Konseling
untuk :
1.
Klien
2.
Gangguan yang kurang serius
3.
Masalah : jabatan, pendidikan,
dll
4.
Berhubungan dengan pencegahan
5.
Lingkungan pendidikan dan
nonmedis
6.
Berhubungan dengan kesadaran
7.
Metode pendidikan
|
Psikoterapi
untuk
1.
Pasien
2.
Gangguan yang serius
3.
Masalah kepribadian dan
pengambilan keputusan
4.
Berhubungan dengan penyembuhan
5.
Lingkungan medis
6.
Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.
Metode penyembuhan
|
D. Pendekatan
psikoterapi terhadap mental ilnes
Ada banyak metode yang bisa
digunakan untuk terapi. Metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian
para pakar psikologi. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa
dikategorikan dalam lima pendekatan (dalam Luddin, 2010) yaitu:
1.
Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah
masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang
biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Tujuan dari metode psikoanalisis
dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak
disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar
yang belum terselesaikan.
2.
Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior
therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy
adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative
learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak
secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau
aksi-reaksi).
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior
Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning,
yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan
menghindari hukuman.
3.
Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)
punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh
karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola
pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa
disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan
utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara
meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
4.
Humanistic Therapy
Terapi Humanistik, psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan ,
bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi
klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah
atas dasar kesadarannya sendiri.
5.
Integrative / Holistic Therapy
Mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila
ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, menggunakan
beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu
klien. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu
psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara
keseluruhan.
E. Bentuk
utama psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson
(dalam Maulany, 1994) terdapat enam teknik atau bentuk utama psikoterapi yang
digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisa
Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego
yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini
banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak
terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan
mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa
mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik
terapi Psikodinamik.
2. Teknik
Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi
perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding,
penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi
diri perilaku.
3. Teknik
Terapi Kognitif Perilaku
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang
irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4. Teknik
Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang
membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka
dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy).
Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan
aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.
5. Teknik Terapi
Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk
klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti
alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.
6. Teknik
Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi
dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah
bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang
tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu
sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa, S. D. (2004). KONSELING
DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi. In http://books.google.co.id/books?id =vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+psikoterapi+dengan+konseling&source=bl&ots=nxgmJh_-5n&sig=QALpK3MKUqTTVXsBjd_mAmaEnY&hl= en&sa=X&ei=3wZDUbjzH9HHrQe78IHQDA&redir_esc=y#v=onepage&q=perbedaan%20psikoterapi%20deng (p. 85). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Di akses pada : 15 Maret 2013 pukul : 21.07 WIB
Luddin, M.Pd.,Phd, Drs. Abu Bakar;.
(2010). Dasar-dasar Konseling. In http://books.google.co.id/books?id=9sAhB9IYfNYC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
(p. 16). Bandung: Citapustaka Media Perintis. Di akses pada : 15
Maret 2013 pukul : 20.00 WIB
Maulany, dr.R F;. (1997). BUKU
SAKU PSIKIATRI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mujib, A. (2002). Nuansa-nuansa
Psikologi Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar