Jumat, 15 Maret 2013

PSIKOTERAPI



Menurut pendapat Gunarsa (2004) Psikoterapi lahir pada pertengahan dan akhir abad lalu, jika dilihat secara etimologis, psikoterapi memiliki arti yang sederhana, yaitu ‘psyche’ yang artinya jelas, yaitu ‘mind’ atau sederhananya: jiwa dan ‘therapy’ dari bahasa Yunani yang berarti ‘merawat’ atau ‘mengasuh’, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan ‘psychotherapy’ tidak tercantum, tetapi ada ‘psychotherapeutic’ yang di artikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.



A.    Tujuan Psikoterapi
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2004) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Sedangkan tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2004) dirumuskan sebagai : membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui pemahaman intelektual.
Selain itu terdapat tujuan psikoterapi dengan pendekatan terpusat yang dikemukakan oleh Corey (dalam Gunarsa, 2004) antara lain : untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang bisa mencegah pertumbuhannya.
Ada pula tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2004) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku untuk mengganti pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.

B.     Unsur Psikoterapi

Masserman (dalam Mujib, 2002) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1.      Peran sosial (martabat)
2.      Hubungan psikoterapeutik
Seorang terapis mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian terapis menyampaikan pemahamannya terhadap klien atau bertindak untuk menghilangkan penderitaan klien pada saat yang tepat.
3.         Psikoterapi sebagai kesempatan untuk belajar kembali
Menurut Korchin kepercayaan terhadap tindakan terapis sangat dibutuhkan agar menghasilkan kondisi-kondisi untuk belajar kembali. Seorang klien member kepercayaan bersama dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk berubah.
4.      Motivasi, kepercayaan dan harapan
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam psikoterapi. Klien mengetahui bahwa dirinya dapat mepercayai otoritas terapis. Dan dirinya akan diperlakukan dengan penuh hormat, oleh karena itu klien dapat mengungkapkan pikirannya secara terbuka tanpa adanya penolakan. Sedangkan harapan dan ketakutan dapat sesekali menyelimuti klien ketika hendak melakukan psikoterapi.
5.      Hak
6.      Retrospeksi
7.      Reduksi
8.      Rehabilitasi

C.     Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling
Dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan jika psikoterapi adalah proses interaksi formal antara dua orang yang dilakukan oleh terapis dan pasien yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) dari faktor emosi serta ketidakmampuan fungsi kognitif, fungsi afektif, atau fungsi perilaku.
Sedangkan pengertian konseling menurut Luddin (2010) adalah memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam mengahadapi sesuatu. Konseling di desain untuk menolong, memahami dan menjelaskan pandangan diri sendiri terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination).
Brammer dan Shostrom (dalam Gunarsa, 2007) mengemukakan bahwa konseling dan psikoterapi memiliki perbedaan sebagai berikut :
1.      Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti : educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short time.
2.      Sedangkan psikoterpi ditandai oleh : supportive (dalam keadaan krisis), reconstruktive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems and longterm.
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone dan Patterson (dalam Gunarsa, 2007) adalah :
Konseling untuk :
1.      Klien
2.      Gangguan yang kurang serius
3.      Masalah : jabatan, pendidikan, dll
4.      Berhubungan dengan pencegahan
5.      Lingkungan pendidikan dan nonmedis
6.      Berhubungan dengan kesadaran
7.      Metode pendidikan
Psikoterapi untuk
1.      Pasien
2.      Gangguan yang serius
3.      Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.      Berhubungan dengan penyembuhan
5.      Lingkungan medis
6.      Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.      Metode penyembuhan


D.    Pendekatan psikoterapi terhadap mental ilnes
Ada banyak  metode yang bisa digunakan untuk terapi. Metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan (dalam Luddin, 2010) yaitu:
1.      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan.  
2.      Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
3.      Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
4.      Humanistic Therapy
Terapi Humanistik, psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan , bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
5.      Integrative / Holistic Therapy
Mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

E.     Bentuk utama psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson (dalam Maulany, 1994) terdapat enam teknik atau bentuk utama psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1.       Teknik Terapi Psikoanalisa
Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
2.      Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.
3.      Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4.      Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.
5.      Teknik Terapi Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.
6.      Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. (2004). KONSELING DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi. In http://books.google.co.id/books?id =vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+psikoterapi+dengan+konseling&source=bl&ots=nxgmJh_-5n&sig=QALpK3MKUqTTVXsBjd_mAmaEnY&hl= en&sa=X&ei=3wZDUbjzH9HHrQe78IHQDA&redir_esc=y#v=onepage&q=perbedaan%20psikoterapi%20deng (p. 85). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Di akses pada : 15 Maret 2013 pukul : 21.07 WIB
Luddin, M.Pd.,Phd, Drs. Abu Bakar;. (2010). Dasar-dasar Konseling. In http://books.google.co.id/books?id=9sAhB9IYfNYC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false (p. 16). Bandung: Citapustaka Media Perintis. Di akses pada : 15 Maret 2013 pukul : 20.00 WIB
Maulany, dr.R F;. (1997). BUKU SAKU PSIKIATRI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mujib, A. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Grafindo Persada.