Minggu, 10 November 2013

Sistem Informasi Psikologi


 
Contoh kasus 1:
Saya pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah sosial media, dimana disana kita diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda sebagai jawabannya. Setelah saya ikuti lebih lanjut, dapat diketahui soal-soal tersebut merupakan salah satu dari test proyektif yaitu HTP (house tree person) yang disederhanakan dan dibuat lebih mudah dipahami. Dengan mengisi pilihan ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur hasil test, keluarlah hasil test tersebut. Tidak terlalu valid dan reabilitas mungkin, tetapi ini merupakan salah satu contoh bahwa test psikologi tidak sekolot yang banyak orang bayangkan dan test psikologi mengikuti perkembangan zaman dengan turut menggunakan system informasi atau komputerisasi untuk mempermudah penggunaan alat testnya.
Analisa kasus 1:
Berdasarkan definisi system informasi psikologi yaitu suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Maka dapat saya simpulkan bahwa contoh kasus diatas juga merupakan bagian dari SIP juga walaupun dalam bentuk yang lebih disederhanakan dan belum dapat dikatakan hasilnya dapat dijadikan tolok ukur psikologis kita. Dengan menggunakan test tersebut kita sudah melakukan pengumpulan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia dan menggunakan sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur.

server
 
Contoh kasus 2:



 




           
Kebutuhan sistem informasi akademik diatas dapat didefinisikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Informasi apa yang akan diolah dan dihasilkan oleh Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi, Untuk  siapa dan kapan disampaikannya.
2. Fungsi apa yang harus dipunyai sistem supaya pekerjaan Bagian Akademik, Bagian Keuangan, dan Ketua Program Studi dapat dibantu pelaksanaannya.
3. Basis data apa yang harus ada untuk menyimpan data agar menjadi sumber untuk informasi yang akan diolah dan dihasilkan, seperti apa penempatan datanya.
Jawaban dari pertanyaan diatas selanjutnya hanya tinggal disistematikakan sesuai kebutuhan dalam sistem informasi.
Dengan adanya contoh tersebut, saya mencoba membuat contoh kasus pada sistem informasi psikologi. Seiring berkembangnya zaman yang semakin canggih dan modern, rata-rata yang berkaitan dengan pekerjaan kita sudah mulai berubah dari sistem manual menjadi komputerisasi.
Analisa kasus 2:
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang terintergrasi atau saling berkaitan satu sama lain yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya (manusia) mencakup bidang ilmu psikologi di dalamnya guna mencapai tujuan tertentu. Kita bisa lihat dari contoh diatas bahwa adanya suatu sistem yang terintegrasi yang bekerja secara bersama untuk menerima, mengolah, dan menghasilkan hasil tes (output) tersebut guna menjadi suatu informasi baru yakni hasil tes tersebut, yang kemudian digunakan sesuai kebutuhan dalam bidang ilmu psikologi. Dan juga output atau informasi yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi terkadang dengan sistem komputerisasi ini tidak sepenuhnya sempurna, karena semua basis data sudah tersistem dengan komputer, yang kemungkinan terdapat beberapa kesalahan.
Saya pribadi cukup merespon positif dengan adanya sistem informasi psikologi yang menjadi komputerisasi ini karena tidak dipungkiri sekarang kita hidup di zaman yang serba canggih, teknologi semakin berkembang, dan tentunya kita dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan tersebut. Tetapi balik lagi kepada sesuai dengan kebutuhan kita.

Contoh kasus 3:
Seorang wanita pengusaha sukses datang kepada psikolog dan mengeluhkan sesuatu. Dia sering merasa harus mencuci tangannya berkali – kali karena takut kuman masuk ke dalam tubuhnya, dia selalu mengecek pintu dan jendela rumah berkali – kali sebelum meninggalkan rumah, dia akan mengecek tasnya berkali – kali karena takut ada yang ketinggalan, dan yang paling parah adalah dia pernah kembali lagi ke rumahnya karena dia pikir dia lupa mematikan kompor gas, padahal dia sudah mengecek dan mematikan kompor gas tersebut sebelum pergi ke kantor.
Analisa kasus 3:
A. Pendekatan
     Psikolog berusaha melakukan pendekatan kepada subjek, yaitu pengusaha wanita tersebut. Psikolog berusaha tampil sebagai seorang teman yang mau mengerti diri subjek seutuhnya dan setia mendengar segala keluhan yang dikemukakan subjek.
1. Seorang wanita
2. Psikolog / Terapis
    langkah-langkah :
    - Melakukan pendekatan kepada subjek.
    - Mendengarkan keluhan subjek.
3. Menggali info subjek
    - Seorang Pengusaha / Subjek
    - Psikolog / Terapis
B. Menggali Info Subjek
     Pada tahap ini, Psikolog membuat serangkaian daftar mengenai gejala – gejala yang menyertai, penyebab, kejadian – kejadian di masa lalu yang ada hubungannya dengan apa yang dialami subjek sekarang ini.
Langkah-langkah :
1. Membuat serangkaian daftar mengenai gejala – gejala yang menyertai.
2. Menanyakan penyebab dari kejadian – kejadian di masa lalu sehubungan dengan apa yang diderita subjek sekarang.

C. Merumuskan Gangguan & Memilih terapi yang tepat
     Di sini Psikolog merumuskan gangguan apa yang sedang diderita oleh subjek sesuai dengan gejala – gejala yang tampak dan paling mendekati dengan diagnosa. Kemudian, Psikolog ini memilih terapi yang paling tepat untuk mengurangi gejala dan menyembuhkan gangguan yang diderita oleh subjek tersebut.
Menggali info subjek
langkah-langkah :
1. Membuat diagnosa yang paling mendekati sesuai dengan gejala – gejala yang ada dan tampak pada subjek.
2. Memilih terapi untuk subjek.

D. Pelaksanaan Terapi
     Tahap ini diisi oleh kegiatan Psikolog dalam memulai terapi kepada subjek penderita gangguan, membuat pengontrolan, dan mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.
Merumuskan gangguan dan memilih terapi yang tepat
langkah-langkah :
1. Memulai terapi kepada subjek penderita
2. Membuat pengontrolan.
3. Mencatat kemajuan maupun kemunduran subjek dalam mengikuti terapi yang diberikan.

E. Kesimpulan
     Hasil dari tahap – tahap yang dilakukan sebelumnya. Untuk Kasus 3, evaluasinya adalah sebagai berikut :
Nama   : Keira
Usia     : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Gangguan yang diderita : Gangguan Obsesif – Kompulsif
Gejala Psikis :
- Merasakan keterpaksaan berpikir akan hal – hal yang tidak ingin subjek pikirkan
- Adanya perilaku kompulsif
- Mudah cemas dan gelisah
- Tegang
Gejala Fisik :
- Sakit kepala
Penyebab :
Kompor gas pernah meledak dan pencuri pernah masuk ke dalam rumahnya.
Terapi yang dipilih : Asosiasi Bebas
Jumlah Terapi : satu (1) buah
Pelaksanaan Terapi : 2 minggu – 1, 5 bulan
Hasil Observasi : Subjek mengeluarkan kata – kata yang tidak beraturan ketika diminta terapis untuk mengeluarkan segala pemikiran atau permasalah yang ada di pikirannya. Alisnya naik, ekspresi wajahnya tegang, dan subjek merasa sesak di dadanya.
Hasil Terapi : Subjek tidak berhasil dalam sesi terapi yang pertama. Subjek tetap mengulang perilaku kompulsifnya sehingga dibutuhkan terapi tambahan hingga subjek dapa memperlihatkan kemajuan yang berarti.

Saran kasus 3:
Subjek harus menjalani terapi tambahan, Anggota keluarga / orang yang terdekat dengan subjek harus mengingatkan subjek akan hal – hal yang menggoda subjek untuk mengulangi perilaku kompulsifnya.


Daftar Pustaka
http://carapedia.com/pengertian_definisi_sistem_menurut_para_ahli_info512.html
http://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110
http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
http://ethaaaaaaa.blog.com/2011/05/19/sistem-informasi-psikologi-kasus-1-seorang-ibu-membawa/



TUGAS SOFTSKILL 4 PA 08
1. Akmal P
2. Noveria
3. Rizky Dahnia
4. Agung F
5. Elysabeth

Sabtu, 05 Oktober 2013

Sebuah Komitmen, Senyuman dan Cinta

oleh : Amelia

 Disaat kamu ingin melepaskan seseorang, ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya.
Disaat kamu mulai tidak mencintainya, ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya.
Disaat kamu mulai bosan dengannya, ingatlah selalu saat terindah bersamanya.
Disaat kamu ingin menduakannya, bayangkan jika dia selalu setia.
Disaat kamu ingin membohonginya, ingatlah saat dia jujur padamu
Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu, jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu, kamu baru menyadari semua arti dirinya untukmu.
Yang indah hanya sementara..
Yang abadi adalah kenangan..
Yang ikhlas hanya dari hati..
Yang tulus hanya dari sanubari..
Tidak mudah mencari yang hilang..
Tidak mudah mengejar impian..
Yang lebih susah adalah mempertahankan yang ada, karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga
Pepatah:
“Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini”
Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif ( positif thinking )
Hidup bagaikan mimpi, seindah apapun, begitu bangun semuanya sirna tak berbekas
Rumah mewah bagai istana, harta benda yang tak terhitung, dan jabatan yang luar biasa.
Namun…
Ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tidak bisa dibawa pergi
Sehelai benang pun tidak bisa dimiliki
Apalagi yang diperebutkan
Apalagi yang mau disombongkan
Maka jalanilah hidup ini dengan rendah hati
Jangan terlalu perhitungan
Jangan hanya mau menang sendiri
Jangan suka sakiti sesama apalagi terhadap mereka yang berjasa bagi kita
Belajarlah tiada hari tanpa kasih
Selalu berlapang dada dan cinta damai
Hidup ceria bebas leluasa
Tidak ada yang tidak bisa diikhlaskan
Tidak ada sakit hati yang tidak bisa dimaafkan
Tidak ada dendam yang tidak bisa terhapus.


Sumber : http://www.beritaunik.net/renungan/sebuah-komitmen-dan-senyuman.html

Apakah ini cinta?

Oleh: Constantia Nilam | 14 August 2012 | 09:02 WIB

Apakah ini yang dinamakna cinta, ketika ku
mulai menguasaimu, menguasai hari-harimu
yang seharusnya masih bisa kau habiskan
dengan teman-temanmu?

Apakah ini cinta, ketika rasa kepercayaanku pun
mulai pudar dan aku seakan menyalahkanmu
terus di suatu pihak yang selalu tersudutkan?
Apakah ini cinta ketika keraguanku sering
muncul dan itu tak kan ada habisnya?

Apakah ini cinta ketika ku lebih mempercayai
orang lain melebihi aku mempercayai dirimu
yang sudah selama ini bersamaku?

Apakah ini cinta yang sering ingin
mengubahmu menjadi cerminanku sendiri
sehingga membuatmu merasa tidak nyaman?

Apakah ini cinta ketika ku selalu mengemis,
memohon kepadamu agar kau bisa
menerimaku, mengertiku, memahamiku,
padahal untuk mengertimu, menerimamu, dan
memahamimu pun aku sama sekali belum
sanggup melakukan semua itu?

Apakah ini cinta, ketika ku mulai membuat
jarak kepadamu dan untuk menatap matamu
pun aku sudah merasa lemas dan tidak kuat??

Oh, ternyata aku salah ketika aku sudah terlalu
lama tidur dalam kekelamanku dengan bayang
masa laluku yang masih saja sering
menyelimuti hidupku dan membayangkanmu
seperti bayang masalaluku itu, ternyata aku
salah menilaimu, karena kau tak sehancur dan
seburuk itu. Kau lebih indah dari yang ku
bayangkan duhai cinta, cinta yang ternyata
sangatlah indah, dan tak pernah kubayangkan
sebelumnya.

Dan ternyata, kau lah cinta itu,
ketika masa lalu sudah tak membayangiku
ketika kau mau menerimaku, menerimaku yang
masih saja diselimuti bayangan hitam kelam,
ketika kau mulai mengajariku apalah arti
sebuah kepercayaan
dan semua nya yang ada di kamu, kau tetap
cinta itu

Tak pernbah kubayangkan, ternyata seindah ini,
walaupun tetap ada kerikil tajam yang selalu
menghalangi tetapi ini adalah sesuatu yang
membuat kita semakin kuat.

Dan ternyata cinta itu, tak kan merubahku
merubahmu menjadi tampilan yang berbeda,
dan ternyata cinta itu sesuatu hal yang harus
diterima, dimana keegoisan harus dilebur
dan ternyata cinta itu indah, ketika tak ada
bayang masa lalu menyelimuti dan sangatlah
indah ketika membayangkan masa depan kita
yang indah yang jelas akan kita jalani bersama
berdua, dan ternyata cinta itu, saling melengkapi,
menerima, dan pastinya cinta itu adalah sebuah
kepercayaan yang harus selalu kita tanam, kita!
siram agar cinta itu akan subur dan
menghasilkan buah-buah yang indah suatu
saat nanti.

sumber : m.kompas

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI



Definisi sistem
Kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan menurut Hanif Al Fatta (2007) sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau kesatuan unit yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, sehingga hubungan tersebut mencapai tujuan tertentu.
Definisi Informasi
Menurut Chr. Jimmy. L.Gaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan/manajer dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Kusrini & Andri Kaniyo (2007) informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi. Dari beberapa definisi informasi menurut berbagai tokoh yang telah saya jelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah data yang telah diolah yang memiliki arti bagi penerima dan dapat bermanfaat untuk manusia.

Sistem informasi
·         Sistem terbuka yang menghasilkan informasi dengan menggunakan siklus :
Input---Proses---Output
·         Fungsi sistem informasi
Membantu individu/kelompok melaksanakan aktivitas
1.      Perencanaan
2.      Pengorganisasian
3.      Pengontrolan
4.      Pengambilan keputusan

·         Karakteristik Informasi yang Baik
1.      Relevan
2.      Tepat waktu
3.      Akurat
4.      Mengurangi ketidakpastian
5.      Mengandung elemen yang baru


Definisi Psikologi
Psychology = psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa. Psikologi sendiri menurut saya mempelajari pola tingkah laku manusia , bagaimana tingkah laku tersebut terbentuk dan proses-proses mental yang terjadi pada manusia. Sedangkan, Morgan (dalam Basuki, 2008), mengatakan psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan binatang, serta penerapannya pada permasalahan manusia. Menurut Heru Basuki (2008) psikologi adalah ilmu pengetahuan (ilmiah) yang mempelajari perilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, dan juga emosional.


SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Aspek psikologis dalam perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkah laku dalam proses mental organisasi. Aspek psikologi sebenarnya lebih mengarah kepada manusia sebagai pengguna sistem informasi yang ada.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa saat ini adalah era informasi global, dimana era ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang perangkat utamanya adalah komputer dengan beragam cara, mulai sebagai alat bantu menulis, menggambar, mengedit foto, memutar video, memutar lagu sampai analisis data hasil penelitian maupun untuk mengoperasikan program-program penyelesaian problem-problem ilmiah, dll. Tujuan penggunaan kompuer adalah agar setiap data yang diolah dapat dihasilkan informasi yang cepat, akurat, informatif dan efisien. Hal itulah yang membuat hampir setiap pekerjaan menggunakan komputer, tak terkecuali pekerjaan dalam lingkup psikologi.

Psikologi sendiri berbicara tentang manusia. jika digabungkan, sistem informasi psikologi mencangkup : Hardware, Software, People, Procedurs , Data dan manusia. Dimana Hardware dan software sebagai mesin. Sedangkan prosedur dan manusia sebagai pelaku, Dan data berfungsi sebagai jembatan dari keduanya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah implementasi pemanfaatan media teknologi untuk tujuan mempermudah siklus input, proses, dan output dalam pengolahan metode ilmu psikologi. Contohnya adalah Sistem informasi yang dimanfaatkan oleh pelaku psikologi untuk membantu mereka saat penghitungan skor dalam beberapa tes psikologi.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma.
Fatta, H.A. (2007). Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Kusrini & Kaniyo, A. (2007). Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://unpredictablepeople.wordpress.com/2012/09/30/softskill-sistem-informasi-psikologi/
MATERI KULIAH UNIVERSITAS GUNADARMA. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC0QFjAB&url=http%3A%2F%2Fbima.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F3331%2FSISTEM%2BINFORMASI.ppt&ei=88dQUsyhPIeQrQe3i4GoDQ&usg=AFQjCNHrYnBancOgqBFGv61P2ajejKsChg&bvm=bv.53537100,d.bmk



Jumat, 15 Maret 2013

PSIKOTERAPI



Menurut pendapat Gunarsa (2004) Psikoterapi lahir pada pertengahan dan akhir abad lalu, jika dilihat secara etimologis, psikoterapi memiliki arti yang sederhana, yaitu ‘psyche’ yang artinya jelas, yaitu ‘mind’ atau sederhananya: jiwa dan ‘therapy’ dari bahasa Yunani yang berarti ‘merawat’ atau ‘mengasuh’, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan ‘psychotherapy’ tidak tercantum, tetapi ada ‘psychotherapeutic’ yang di artikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.



A.    Tujuan Psikoterapi
Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2004) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Sedangkan tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (dalam Gunarsa, 2004) dirumuskan sebagai : membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui pemahaman intelektual.
Selain itu terdapat tujuan psikoterapi dengan pendekatan terpusat yang dikemukakan oleh Corey (dalam Gunarsa, 2004) antara lain : untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang bisa mencegah pertumbuhannya.
Ada pula tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh Ivey (dalam Gunarsa, 2004) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku untuk mengganti pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.

B.     Unsur Psikoterapi

Masserman (dalam Mujib, 2002) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1.      Peran sosial (martabat)
2.      Hubungan psikoterapeutik
Seorang terapis mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian terapis menyampaikan pemahamannya terhadap klien atau bertindak untuk menghilangkan penderitaan klien pada saat yang tepat.
3.         Psikoterapi sebagai kesempatan untuk belajar kembali
Menurut Korchin kepercayaan terhadap tindakan terapis sangat dibutuhkan agar menghasilkan kondisi-kondisi untuk belajar kembali. Seorang klien member kepercayaan bersama dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk berubah.
4.      Motivasi, kepercayaan dan harapan
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam psikoterapi. Klien mengetahui bahwa dirinya dapat mepercayai otoritas terapis. Dan dirinya akan diperlakukan dengan penuh hormat, oleh karena itu klien dapat mengungkapkan pikirannya secara terbuka tanpa adanya penolakan. Sedangkan harapan dan ketakutan dapat sesekali menyelimuti klien ketika hendak melakukan psikoterapi.
5.      Hak
6.      Retrospeksi
7.      Reduksi
8.      Rehabilitasi

C.     Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling
Dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan jika psikoterapi adalah proses interaksi formal antara dua orang yang dilakukan oleh terapis dan pasien yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) dari faktor emosi serta ketidakmampuan fungsi kognitif, fungsi afektif, atau fungsi perilaku.
Sedangkan pengertian konseling menurut Luddin (2010) adalah memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam mengahadapi sesuatu. Konseling di desain untuk menolong, memahami dan menjelaskan pandangan diri sendiri terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination).
Brammer dan Shostrom (dalam Gunarsa, 2007) mengemukakan bahwa konseling dan psikoterapi memiliki perbedaan sebagai berikut :
1.      Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti : educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short time.
2.      Sedangkan psikoterpi ditandai oleh : supportive (dalam keadaan krisis), reconstruktive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems and longterm.
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone dan Patterson (dalam Gunarsa, 2007) adalah :
Konseling untuk :
1.      Klien
2.      Gangguan yang kurang serius
3.      Masalah : jabatan, pendidikan, dll
4.      Berhubungan dengan pencegahan
5.      Lingkungan pendidikan dan nonmedis
6.      Berhubungan dengan kesadaran
7.      Metode pendidikan
Psikoterapi untuk
1.      Pasien
2.      Gangguan yang serius
3.      Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.      Berhubungan dengan penyembuhan
5.      Lingkungan medis
6.      Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.      Metode penyembuhan


D.    Pendekatan psikoterapi terhadap mental ilnes
Ada banyak  metode yang bisa digunakan untuk terapi. Metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan (dalam Luddin, 2010) yaitu:
1.      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan.  
2.      Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
3.      Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
4.      Humanistic Therapy
Terapi Humanistik, psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan , bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
5.      Integrative / Holistic Therapy
Mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

E.     Bentuk utama psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson (dalam Maulany, 1994) terdapat enam teknik atau bentuk utama psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1.       Teknik Terapi Psikoanalisa
Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
2.      Teknik Terapi Perilaku
Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.
3.      Teknik Terapi Kognitif Perilaku
Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4.      Teknik Terapi Humanistik
Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain.
5.      Teknik Terapi Eklektik atau Integratif
Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi.
6.      Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. (2004). KONSELING DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi. In http://books.google.co.id/books?id =vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+psikoterapi+dengan+konseling&source=bl&ots=nxgmJh_-5n&sig=QALpK3MKUqTTVXsBjd_mAmaEnY&hl= en&sa=X&ei=3wZDUbjzH9HHrQe78IHQDA&redir_esc=y#v=onepage&q=perbedaan%20psikoterapi%20deng (p. 85). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Di akses pada : 15 Maret 2013 pukul : 21.07 WIB
Luddin, M.Pd.,Phd, Drs. Abu Bakar;. (2010). Dasar-dasar Konseling. In http://books.google.co.id/books?id=9sAhB9IYfNYC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false (p. 16). Bandung: Citapustaka Media Perintis. Di akses pada : 15 Maret 2013 pukul : 20.00 WIB
Maulany, dr.R F;. (1997). BUKU SAKU PSIKIATRI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mujib, A. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Grafindo Persada.